PENERAPAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI INDONESIA
A. RADIO PENDIDIKAN
1. Pengertian Radio Pendidikan
Radio
menurut ensiklopedia Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan
pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frekuensi
kurang dari 300 GHz. Sedangkan istilah “Radio Siaran” atau “Siaran
Radio” yaitu berasal dari “Radio broadcast” (Inggris) atau “Radio
Omreop” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak
berupa suara berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio
sebagai media.
Radio
pendidikan adalah media yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran
melalui CD Audio atau disiarkan melalui station pemancar radio (Sri
Wahyuni:2008). Sedangkan pengertian penyiaran radio menurut Undang-
undang No.32/2002 yaitu Penyiaran radio adalah media komunikasi massa
dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara
umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
2. Latar Belakang
Proses
belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu
lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya
mengantarkan para siswa menuju pada perubahan- perubahan tingkah laku
baik intelektual, moral maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai
individu dan makhluk social. Bagi sebagian orang membaca buku merupakan
hal yang membosankan. Banyak orang yang mencari cara belajar tanpa harus
sering membuka buku. Makanya muncullah banyak cara atau metode belajar
yang asyik. Salah satunya dengan mendengarkan radio.
Media
radio adalah salah satu media yang dapat meningkatkan mutu belajar
mengajar dikelas maupun di luar kelas. Indonesia memiliki banyak
penduduk dan kaya akan kekayaan alam, namun dalam segi pendidikan
Indonesia cenderung kekurangan dibanding dengan Negara lain.
Permasalahan pendidikan nasional meliputi kesempatan memperoleh
pendidikan yang belum merata, kualitas relevansi pendidikan yang masih
rendah, serta lemahnya manajemen pendidikan. Dengan potensi radio yang
dapat menjangkau kalangan dan daerah manapun, radio sangat cocok untuk
dijadikan media dalam pendidikan. Baik pendidikan formal maupun non
formal.
Adanya
media radio pendidikan merupakan perkembangan baru yang memberi nuansa
positif dalam penyebar luasan informasi pendidikan. Meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang program pendidikan akan meningkatkan
kemauan masyarakat untuk terlibat dalam mensukseskan program-program
pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Secara sederhana dapat kita
sadari bahwa program siaran pendidikan dari media radio akan memberi
pembelajaran kepada masyarakat pendengar yang akhirnya akan meningkatkan
wawasan dan pengetahuan masyarakat.
3. Karakteristik Radio
Adapun karakteristik radio adalah sebagai berikut (Effendi, 1993 : 139) :
- Radio siaran bersifat langsung
Makna langsung sebagai sifat radio siaran adalah bahwa suatu pesan yang akan disiarkan dapat dilakukan tanpa proses yang rumit.
- Radio siaran menembus jarak dan rintangan
Bagi
radio tidak ada jarak waktu, begitu suatu pesan diucapkan seorang
penyiar atau orator, pada saat itu juga dapat diterima oleh khalayak.
Bagi radio tiada pula jarak ruang, seberapapun jauhnya sasaran yang
dituju radio dapat mencapainya. Daerah-daerah yang terbatas oleh gunung,
lembah, padang pasir, ataupun samudra sekalipun tidak menjadi suatu
halangan bagi siaran radio. Suatu pesan yang disiarkan dari suatu tempat
di suatu negara dapat disampaikan secara seketika di tempat lain,
Negara lain dan benua lain.
- Radio siaran mengandung daya tarik
Sebelum
pesawat televisi muncul sebagai pelengkap rumah tangga, sekitar tahun
limapuluh-an, pada waktu itu hanya terdapat dua jenis media massa yaitu
surat kabar atau majalah dan radio. Radio mempunyai unsur daya tarik
tersendiri karena ada tiga hal yang menyebabkannya demikian, antara lain
:
· Kata-kata lisan (spoken words)
· Musik (music)
· Efek suara (sound efek)
Berkaitan dengan ketiga hal diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kata-kata lisan dapat membangun efek theatre of mind. Radio hanya menempilkan suara, bisa menumbuhkan akibat lain bagi pendengarnya, yaitu imajinasi. Imajinasi yang biasanya muncul di benak pendengar adalah permainan sound effect yang bisa menciptakan suasana visual pendengarnya. Selain itu pengaturan musik pada siaran radio diharapkan dapat lebih memikat pendengarnya mengingat radio adalah media selintas dengar maka penyampaian informasinya harus banyak menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siapapun yang mendengarnya. Bahkan penggunaan bahasa ilmiah harus segera diikuti bahasa awam.
Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang nonverbal yang digunakan jumlahnya sangat minim, misalnya tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegraf atau bunyi salah satu alat musik. Dengan dihiasi musik dan didukung dengan efek suara yang menarik maka kemasan acara yang disajikan oleh radio menjadi lebih menarik dan radio terkesan menjadi lebih hidup.
Menurut Dodi Mawardi, dalam situsnya (http://dodimawardi.wordpress.com) ada sembilan karakteristik media radio yaitu :
· Theater of Mind (Media radio memiliki kemampuan untuk mengembangkan imajinasi pendengar).
· Personal (Media radio mampu menyentuh pribadi pendengar).
· Sound Only (Media radio hanya menggunakan suara dalam menyajikan informasinya).
· At Once (Media radio dapat diakses cepat dan seketika).
· Heard Once (Media radio di dengar secara sepintas).
· Secondary Medium Half Ears Media (Media radio bisa menjadi teman dalam beraktifitas).
· Mobile / Portable (Media radio mudah dibawa kemana saja).
· Local (Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya).
· Linear (Media radio tersusun secara sistematis).
4. Kelebihan dan Kelemahan Radio
Kelebihan radio menurut Munthe (1996 : 12), yaitu :
a. Lambang komunikasi radio bersifat auditif
Karenanya
radio tidak menuntut pasarnya untuk memiliki kemampuan membaca,
tidaknmenuntut kemampuan melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar.
b. Radio
mempunyai kemampuan daya tangkap yang tinggi, meskipun pesawatnya
berukuran kecil, serta harganya relatif murah. Sehingga orang dapat
membawanya kemana-mana, mendengarnya dimana-mana. Jadi siapa saja, kapan
saja, dimana saja, mengenai apa saja, orang bisa mendengarkan acara
siaran radio. Karenanya pemakaian radio telah memasyarakat, mulai dari
kalangan paling bawah hingga kalangan tingkat atas.
c. Penggunaan radio amat praktis, hanya tinggal memutar tuning pengubah gelombang dan mencari siaran yang memenuhi seleranya.
d. Ketika mendengarkan radio, seseorang dapat sambil mengerjakan aktivitas lainnya.
e. Radio
memiliki kelebihan dalam kecepatan menyampaikan pesan dibanding media
massa lain seperti Televisi, Surat Kabar. Pesan yang disampaikan melalui
radio akan sampai ke pendengar sesaat setelah diudarakan, secara
serentak pada waktu bersamaan diberbagai penjuru.
Media
radio juga mempunyai beberapa kelemahan yang harus diperhatikan agar
media ini semakin perfect. Kelemahan tersebut antara lain:
a. Karena
sifatnya yang auditif, dalam penggunaan media ini harus benar-benar
konsentrasi khususnya indera pendengaran kita karena hanya sekilas saja,
tidak ada siaran ulang.
b. Media
ini belum mampu untuk menyajikan hal-hal yang sifatnya kompleks seperti
rumus-rumus matematika, fisika, dan kimia sehingga kurang efektif jika
diterapkan pada materi yang sifatnya berhitung.
c. Materi yang disajikan kurang mendalam.
Radio sangat
sukar menyiarkan acara-acara yang banyak ragamnya. Hal ini terjadi
karena alat pendengaran manusia lebih rendah daya tangkapnya daripada
alat penglihatan.
d. Tidak
dapat diterapkan pada audience yang mengalami gangguan dengan
pendengaran, karena radio membutuhkan konsentrasi yang cukup pada indera
pendengar.
SIARAN RADIO PENDIDIKAN UNTUK PENATARAN GURU SD
Usaha
meningkatkan mutu dan memeratakan kesempatan belajar telah dilaksanakan
program penataran guru SD/MI dan Pembina SD sebanyak lebih kurang
400.000 orang mulai tahun 1976. Penataran tersebut dilaksanakan oleh
Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar (P3D). Sistem penataran yang dipakai
adalah dengan menggunakan tim mobil (sebanyak 120 tim @ 8 orang) yang
bergerak di 17 propinsi yang keadaan daerah dan transportasinya
memungkinkan sampai meliputi 2200 SD Center. Sedang pada 9
propinsi yang lain hanya sampai di kabupaten, mengingat keadaan daerah
dan transportasi yang sulit. Penataran pada SD Center dilangsungkan
tiga kali dalam setahun, masing-masing empat hari lamanya. Sedangkan
penataran pada tempat lain berlangsung sekali dalam setahun selama 15
hari. Tiap guru hanya akan mendapat program penataran sekali (3 x 4 hari
atau 1 x 15 hari) selama jangka waktu proyek.
Dalam pelaksanaan program P3D, telah dirasakan perlu adanya komunikasi terus-menerus antara Penatar Keliling dengan SD Center dan
SD lain di sekitarnya, serta dengan pembina wilayah, komunikasi ini
diperlukan untuk membina dan memantapkan hasilhasil penataran. Untuk hal
ini, diperlukan siaran radio sebagai alat komunikasi dan menjaga
kontinuitas pelatihan, sebab proses penataran yang dilakukan oleh setiap
mobile team untuk masingmasing SD Center dari 25 SD Center yang
menjadi tanggung jawabnya hanya 12 hari pelatihan (3 kali pelatihan @ 4
hari) selama setahun dengan interval waktu lebih kurang tiga bulan.
Oleh
karena itu, siaran radio dapat digunakan sebagai media komunikasi untuk
menguraikan persoalan-persoalan umum yang dijumpai dan berguna untuk
mencapai tujuan program P3D itu sendiri. Persoalan dimaksud antara lain
bahan-bahan penataran, prosedur penyampaiannya, dan persoalan-persolaan
yang perlu diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam waktu cepat.
Selain
hal-hal yang telah disebutkan, masalah utama yang dihadapi oleh Tim
Penatar Keliling (TPK) dari P3D adalah terbatasnya waktu dan luasnya
materi penataran sehingga tidak semua mata pelajaran dapat disampaikan
pada waktu tatap muka. Besarnya jumlah guru yang akan ditatar,
karakteristik geografis yang terdiri dari kepulauan dan daerah pedalaman
yang sulit dijangkau dengan transportasi biasa, dan keterbatasan waktu
tatap muka yang hanya dua minggu, tidak menjamin kontinuitas hasil
penataran.
Tujuan dan Sasaran Siaran Radio Pendidikan
Secara
umum, tujuan penataran guru SD melalui siaran radio pendidikan adalah
untuk menunjang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar
dengan mengintegrasikan penerapan media dan teknologi komunikasi secara
terencana dan terarah sebagai suatu sub sistem dalam pendidikan dasar.
Secara khusus, siaran radio untuk penataran guru SD dimaksudkan untuk:
· Meningkatkan mutu pengetahuan dan kemampuan profesional guru dan calon guru SD
· Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan
· Memperkaya sumber belajar
· Membantu terciptanya prinsip belajar seumur hidup dan masyarakat gemar belajar.
Sasaran
program ini adalah guru SD terutama yang berada di daerah terpencil di
sebelas propinsi, yaitu Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Tenggara, NTT, NTB, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Barat dan termasuk dua propinsi daerah eksperimen yaitu Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Strategi Siaran pendidikan
Materi
penataran disajikan melalui media radio yang disiarkan oleh RRI daerah,
Radio Pemerintah Daerah (RPD), dan Radio Swasta Niaga (RSN) setiap pagi
hari dan sore harinya siaran ulang, selama enam hari dalam seminggu.
Sementara setiap minggu disiarkan program lokal yang berisi
jawaban-jawaban umpan balik dari para guru. Di setiap SD, dibentuk
kelompok belajar (pendengar) yang terdiri dari guru-guru SD atau
kelompok yang lebih besar dari SD yang berdekatan. Kelompok belajar ini
diketuai oleh kepala sekolah. Seorang sekretaris yang dipilih dari
anggota kelompok belajar. Selain media radio, anggota kelompok belajar
dilengkapi dengan buku petunjuk pemanfaatan yang berisi bagaimana
belajar melalui radio, persiapan yang perlu dilakukan sebelum
mendengarkan siaran, kegiatan selama mendengarkan, serta tugas yang
harus dilaksanakan setelah
mendengarkan siaran.
Dengan
keterbatasan durasi siaran yang hanya sekitar 20 menit siaran per topik
maka para guru diberikan buku Bahan Penyerta (BP) siaran. BP tersebut
berisi judul program yang
disiarkan,
tujuan umum dan khusus, serta ringkasan dari materi penataran. Agar
para guru tidak mengalami kesulitan pada saat mendengarkan siaran, pada
BP disajikan arti dari kata sulit, tugas setelah mendengarkan siaran,
serta buku sumber. Pada sore harinya guru dapat mendengarkan siaran
ulang secara individual di rumah masing-masing.
B. TELEVISI EDUKASI
1. Latar Belakang
Indonesia
merupakan sebuah negara yang luas. Indonesia memiliki lebih dari 17.000
pulau. Di pulau - pulau inilah tersimpan potensi sumber daya manusia
yang diperlukan bagi kemajuan bangsa. Oleh karena itu perlulah di buat
sebuah pendidikan yang layak. Untuk itu dibangun berbagai sarana dan
diadakan berbagai buku agar seluruh rakyat dapat menikmati pendidikan.
Namun karena wilayah yang begitu luas maka proses pembangunan berjalan
dengan lambat, salah satu cara yang dapat digunakan yaitu memanfaatkan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Maka
dengan itu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (pada waktu itu)
menugaskan kepada Pustekkom sebagai unit khusus yang menangani
pendayagunaan teknologi pendidikan untuk melakukan persiapan-persiapan
ke arah pemanfaatan media televisi guna mendukung peningkatan dan
pemerataan pendidikan. Maka sejak tahun 1978 Pustekkom melaksanakan
pengembangan dan produksi program-program media televisi pendidikan.
Hingga tahun 2007 program televisi yang telah diproduksi mencapai jumlah
5.163 judul.
Untuk
merealisasikan siaran televisi pendidikan, pada tahun 1980-an Pustekkom
melakukan kerjasama di bidang penyiaran program televisi pendidikan
dengan TVRI. Program yang disiarkan sangat popular saat itu, yaitu
serial Aku Cinta Indonesia (ACI). Namun kerjasama tersebut tidak dapat
berlanjut karena adanya perbedaan-perbedaan dalam aspek kebijakan dan
teknis.
Pada
tahun 1990-1995, Pustekkom melakukan kerjasama di bidang penyiaran
dengan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), yaitu sebuah televisi swasta
yang pada awalnya dirancang sebagai televisi yang mengemban misi
pendidikan. Meskipun kerjasama ini cukup berhasil, namun harus berakhir
karena pihak TPI telah mengubah kebijakan menjadi sebuah stasiun
televisi komersial.
Untuk
keperluan koordinasi dalam manajemen pendidikan antara pusat dengan
Dinas Provinsi (waktu itu kanwil), maka pada tahun 1994-1995 diadakan
teleconverence antara Menteri Pendidikan Nasional dengan seluruh Dinas
Pendidikan Provinsi di Indonesia. Bahkan pada 2 Mei 1994 dalam rangka
hari Pendidikan Nasional diadakan teleconverence antara Wakil Presiden
(Tri Sutrisno) di Yogyakarta dengan 4 Dinas Pendidikan. Pada tahun 1996 -
1998 Pustekkom juga pernah bekerjasama dengan Cakra-warta (Indovision)
menyiarkan siaran pendidikan di Quick Channel.
Menyadari
begitu pentingnya siaran televisi pendidikan bagi bangsa Indonesia,
sesuai amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada
tahun 2003, Depdiknas (Pustekkom) mulai melakukan persiapan untuk
mempunyai stasiun televisi yang khusus menyiarkan pendidikan, dan pada
tanggal 12 Oktober 2004, Mendiknas, Malik Fajar meresmikan Stasiun
Televisi Pendidikan yang diberi nama Televisi Edukasi (TVE).
2. Pengertian TV Edukasi
Televisi Edukasi (TVE) adalah stasiun TV yang mengkhususkan diri pada siaran pendidikan.
TV
edukasi adalah salah satu stasiun televisi yang dimiliki oleh Pusat
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan
Nasional. Siaran televisi pendidikan dapat menjangkau seluruh wilayah di
Indonesia dan telah disiarkan oleh TVE, TVRI dan televisi swasta
lainnya. Penyelenggaraan siaran televisi pendidikan merupakan salah satu
strategi untuk memperbaiki kondisi dunia pendidikan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Sejalan
dengan hal di atas Pustekkom pada tahun 2004 sampai dengan 2005 telah
merintis lokasi pemanfaatan siaran di 260 lokasi yang meliputi SMP,
termasuk SMP terbuka dan SMA Terbuka. Pada tahun 2006 Depdiknas juga
telah membagikan perangkat penerima siaran Televisi Edukasi kepada
28.376 SMP/MTs di Indonesia yang berada di Kabupaten pada 33 propinsi.
Sedangkan pada akhir tahun 2007 Pustekkom Depdiknas telah membagikan ke
SMP/MTs di kota seluruh Indonesia televisi, DVD player, parabola dan
genset (bagi daerah terpencil) untuk memanfaatkan siaran TVE.
3. Karakteristik TVE
Televisi Edukasi memiliki beberapa karakteristik, antara lain yaitu :
1. Memiliki sifat masal
2. Penyajian materi pelajaran lebih jelas dan menarik, karena adanya kombinasi teknologi audio dan visual.
3. Memberikan layanan pendidikan untuk semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan.
4. Media pembelajaran yang by desaign (berbasis kurikulum).
5. Penyajian program dikemas secara menyenangkan, santun, dan mencerdaskan.
6. Dapat diakses melalui satelit (parabola).
4. Tujuan TVE
· Memberikan layanan siaran pendidikan berkualitas untuk menunjang tujuan pendidikan nasional.
· TVE
diharapkan akan mampu memberikan layanan pendidikan khusus bagi para
siswa pendidikan dasar (TK-PT), terutama di daerah-daerah pinggiran dan
terpencil yang tidak mampu dijangkau oleh layanan pendidikan secara
konvensional.
· untuk menunjang program penuntasan wajib belajar.
5. Manfaat TVE
Manfaat TVE yaitu :
1. Menunjang program penuntasan wajib belajar.
2. Memberikan layanan pendidikan terutama di daerah terpencil.
3. Mengatasi perbedaan kealitas tenaga pengajar.
4. Menyediakan bahan ajar bermutu.
5. Memotivasi siswa dalam belajar.
6. Pemanfaatan TVE
Ada 3 pola atau cara pemanfaatan program siaran TVE yang sejauh ini telah dimanfaatkan, yaitu sebagai berikut:
a. Pemanfaatan Program Siaran TVE sesuai dengan Jadwal Siaran TVE (Pemanfaatan Siaran TVE secara langsung).
Dimana
agar pembelajaran selaras dengan jam tayang TVE, maka guru mendownload
jadwal tersebut dari situs TVE di internet, atau melalui situs pencari
(misal: Google). Selain itu, guru dapat merelay siaran dari TVRI, karena
TVE telah melakukan kerjasama dengan stasiun TVRI, program TVE yang
ditayangkan adalah diprioritaskan pada mata pelajaran matematika, bahasa
Indonesia, dan bahasa Inggris untuk peserta didik SMP dan MTs.
b. Pemanfaatan Siaran TVE sebagai Penugasan.
Berdasarkan
jadwal tayangan siaran TVE yang ada, guru menugaskan para peserta
didiknya untuk mengikuti tayangan siaran TVE tentang mata pelajaran
tertentu pada waktu tertentu. Peserta didik dapat melaksanakan tugas ini
di sekolah atau di rumah, baik secara perseorangan maupun dalam bentuk
kelompok kecil. Untuk membantu pelaksanaan tugas ini, guru hendaknya
memberikan format laporan hasil penugasan disertai penjelasan
seperlunya. Guru juga menginformasikan batas waktu penyerahan hasil
pelaksanaan tugas dan cara-cara penyajiannya di kelas. Pada hari dan
waktu yang telah ditetapkan, guru meminta para peserta didiknya untuk
manyajikan hasil tugas yang telah dikerjakan di hadapan teman
sekelasnya. Peserta didik yang belum mendapat kesempatan untuk
menyajikan hasil tugasnya, berperan untuk mengkaji dan memberikan
pendapat, tanggapan atau komentar. Melalui aktivitas pembelajaran yang
demikian ini, peserta didik dilatih menyusun bahan presentasi,
memberikan pendapat, tanggapan atau komentar, dan sekaligus juga
berlatih berdiskusi, dan membuat rangkuman/kesimpulan. Pada akhir
kegiatan, guru dapat memberikan arahan atau hal-hal yang dinilai penting
untuk pengembangan kemampuan peserta didik.
c. Pemanfaatan Program Siaran TVE sebagai Pengisi Jam Pelajaran Kosong.
Apabila
guru berhalangan hadir karena sesuatu hal, maka guru piket atau guru
serumpun dapat mengisi jam pelajaran kosong yang ada dengan menayangkan
siaran TVE. Intinya adalah bahwa peserta didik tetap dapat belajar
sekalipun guru mata pelajaran tertentu berhalangan hadir misalnya.
Kegiatan pembelajaran tetap dapat berjalan sebagaimana biasanya. Guru
piket atau guru serumpun tinggal menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
mengikuti RPP yang telah disiapkan sebelumnya. Apabila ada hal-hal yang
berkembang selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru pengganti
(guru piket atau guru serumpun) dapat mencatatnya dan menyampaikannya
kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk dilakukan tindak
lanjut.
7. Program Siaran Televisi Edukasi
Jenis-jenis materi siaran televisi edukasi yaitu :
a. Formal
· TK, siarannya : Pengetahuan, Moral (Story Telling)
· SD, siarannya : Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PPKN.
· SMP, siarannya : Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Ekonomi, Penjas, Geografi, Fisika, Biologi, dan Seni.
· SMA, siarannya : Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris.
b. Nonformal
Siaran nonformal yaitu untuk Paket B, paket C, dan keterampilan atau kursus.
c. Informal
Siaran
informal berupa pentas dongeng, Lensa Siswa (Lensis), Ungkapan Budaya,
Dokumentasi, Sinema Elektronik (sinetron), Fisika itu asyik, dan
lain-lain.
d. Informasi Pendidikan
Siarannya berupa Straigh News, Featur, dan lain-lain.
Jadwal siaran TVE :
a. TVE saluran 1
· Parabola : Senin s/d Sabtu 24 jam
Minggu dan hari libur
05.00 - 17.00 WIB
· TVRI : Senin s/d Jumat
07.00 – 08.00 WIB dan 14.00 – 15.00 WIB
· TV Lokal : sesuai jadwal TV lokal
· TV kabel : 24 jam
b. TVE saluran 2
· Parabola : Senin s/d Sabtu, 12.00 – 20.00 WIB
Minggu dan hari libur, 12.00 – 17.00 WIB
· TV Kabel : 8 jam